Kamis, 14 Juni 2012

Rangkuman Buku Kuliah Fiqh Ibadah


Nama : retna rumayanti
Nim: 20110540018
Kelas : A PBI UMY

  • Judul                           : Kuliah Fiqh Ibadah
  • Pengarang                   : Syakir Jamaluddin, MA.
  • Penerbit                       : LPPI UMY
  • Tahun Terbit                : 2010
  • Tempat Terbit              : Yogyakarta
  • Tebal                           : 398 halaman
  • Panjang Buku              : 20 cm
 RANGKUMAN
Bab 1 pendahuluan
a.      Pengertian fiqh, syari’ah dan ushul fiqh
Kata fiqh secara bahasa berarti pengetahuan atau pemahaman, baik pahaman itu secara mendalam maupun dangkal. Adapun fiqh menurut istilah adalah “ilmu tentang hukum-hukum syar’I yang praktis yang di ambil dari dalil-dalilnya yang terperinci. Dengan demikian dapat di simpulkan  bahwa fiqh bukanlah hukum syar’I itu sendiri, tetapi interprestasi terhadap hukum syar’i.
Syari’ah adalah titah allah yang berhubungan dengan perbuatan para mukallaf, baik berupa tuntutan (untuk melaksanakan atau meningggalkan), pilihan, maupun berupa wadh’I (syarat, sebab, halangan, sah, batal, dan rukhshah)”.
Ushul fiqh yang secra bahasa berarti dasar-dasar fiqh. Sedangkan menurut istilah, usul fiqh adalah kaidah-kaidah yang di jadikan sarana untuk mengistinbathkan (menggali/mengeluarkan) hokum islam dari dalil-dalilnya yang terinci. Hal-hal yang di bicarakan dalam ushul fiqh adalah kaidah-kaidah fiqhiyyah, kaida-kaidah ushuliyyah, kaidah-kaidah bahasa, dan metode-metode dalam berijtihad.
b.      Pembagian fiqh
Bila di tinjau dari lapangan hukumnya maka fiqh di bagi menjadi dua macam yaitu”
1.      Fiqh ibadah yaitu perbuatan dan perkataan para mukallaf yang berhubungan langsung dengan allah SWT. Hal yang di bahas dala fiqh ibadah adalah masalah-masalah thaharah, shalat, zakat, puasa, dan haji.
2.      Fiqh mu’amalat yaitu perkataan dan perbuatan para mukallaf yang berkaitan dengan sesamanya. Lingkup pembahasan fiqh mu’amalat sekitar masalah bisnis dan jual beli, masalah perkawinan dan perceraian , waris, peradilan, hokum pidana, maslah kenegaraan, dan hubungan internasional.
c.       Sumber dan dasar hokum islam
Sesungguhnya sumber hokum islam hanya ada dua yakni al-qur’an dan al-sunnah. Segala persoalan yang muncul harus dikembalikan pada kedua sumber tersebut. Dalam hal ini, al-quran merupakan rujuka utama, sedangkan al-sunnah al-maqbulah yang diceritakan melalui hadis Nabi Saw adalah sumber hokum kedua yang berfungsi sebagai penjelas kehendak Allah dalam Al-Qur’an.
d.      Tujuan hokum islam
Semua hokum yang disyar’I atau diundangkan oleh Allah SWT mesti memiliki tujuan. Tujuan ini dalam istilah ilmu fiqh dikenal dengan istilah tujuan persyari’atan atau biasa juga disebut dengan tujuan hkum islam. Tujuan disyariatkannya hokum dalam islam adalah untuk meralisir kemashlahatan manusia dan sekaligus menghindarkan kemadlaratan.
e.      Asas-asas hokum islam
Ada lima asas hokum islam yang dijadikan sebagai prinsip dasar pensyari’atan atau penetapan hokum islam, yaitu:
1.      Meniadakan kesempitan
2.      Menyedikitkan beban
3.      Berangsur-angsur dalam menetapkan hokum bagaimana pun juga, masyarakat arab pada waktu itu telah mempunyai kebudayaan dan tradisi jahiliyah yang sudah mengakar kuat.
4.      Sejalan dengan kemashlatan manusia sesungguhnya hokum atau syari’at islam ditetapkan oleh Allah SWT tidak kecuali hanya untuk kemashlahatan (kebaikan) umat manusia semata.
5.      Mewujudkan keadilan yang merata.
f.        Kaidah fiqhiyyah dan kaidah ushuliyyah
Kaidah fiqhiyyah adalah kaidah atau teori yang dirumuskan oleh fiqh yang bersumber dari syari’at dengan didasarkan pada asas dan tujuan persyari’atan. Tujuan persyari’atan adalah untuk merealisir kemaslahatan dan menolak kemadharatan.

Bab 2 pengantar ibadah
a.      Pengertian ibadah
Ibadah secara bahasa berarti taat, tunduk, hinna dan pengabdian. Ibadah secara bahasa artinya ibadah sebagai puncak ketaatan dan ketundukan yang didalamnya terdapat unsure cinta (al-hubb).
b.      Pembagian ibadah
Ditinjau dari segi ruang lingkupnya, ibadah dibagi menjadi dua bagian:
1.      Ibadah khashsah (ibadah khusus), yaitu ibadah yang ketentuannya telah ditetapkan oleh nash, seperti : thaharah, shalat, zakat, dan semacamnya.
2.      Ibadah amah (ibadah umum), yaitu semua perbuatan baik yang dilakuakan dengan niat karena Allah SWT semata, misalnya: berdakwah, melakuakan amar ma’ruf nahi munkar di berbagai bidang, menuntut ilmu, bekerja, rekreasi, dan lain-lain yang semuanya itu diniatkan semata-mata karena Allah SWT dan ingin mendekatkan diri kepada-Nya.
c.       Prinsip-prinsip ibadah
Untuk memberikan pedoman ibadah yang bersifat final, islam memberikan prinsip-prinsip ibadah sebagai berikut:
1.      Prinsip utama dalam ibadah adalah hanya menyembah kepada Allah SWT.
2.      Tanpa perantara.
3.      Harus ikhlas yakni murni hanya mengharap ridha Allah SWT.
4.      Harus sesuai dengan tuntunan.
5.      Seimbang antara unsur jasmani dengan rohani.
6.      Mudah dan meringankan.

Bab 3 thaharah
a.      Pengertian
Secara bahasa, thahara berarti suci dan bersih, baik itu suci dari kotoran lahir maupun dari kotoran batin berupa sifat dan perbuatan tercela.
Menurut istilah, thaharah adalah mensucikan diri dari najis dan hadats yang menghalangi shalat dan ibadah-ibadah sejenisnya dengan air atau tanah, atau batu. Penyucian diri di sini tidak terbatas pada badan saja tetapi juga termasuk pakaian dan tempat.
Hokum thaharah (bersuci) adalah wajib, khususnya bagi orang yang akan melaksanakan shalat.
b.      Alat bersuci
Alat untuk bersuci terdiri dari air, debu, dan batu atau benda padat lainnya.
1.      Air
2.      Debu
3.      Batu atau benda padat lainnya selain tahi dan tulang.
c.       Najis dan hadast
Najis adalah segala kotoran seperti tinja, kencing, darah (termasuk nanah), daging babi, bangkai ( kecuali bangkai ikan, belalang dan sejenisnya), liur anjing, madzi (yakni air yang berwarna putih cair yang keluar dari kemaluan laki-laki biasanya karena syahwat seks, tetapi bukan air mani), wadi (yaitu air putih agak kental yang keluar dari kemaluan biasanya setelah kencing dank arena kecapekan), dan semacamnya.
Selain jenis hakiki Hadats ini ada dua macam, yaitu hadis kecil dan besar. Hadats kecil adalah suatu keadaan dimana seorang muslim tidak dapat mengerjakan shalat  kecuali dalam keadaan wudlu atau tayammum. Yang termasuk hadats kecil adalah buang air besar dan air kecil, kentut, menyentuh kemaluan tanpa pembatas, dan tidur nyenyak dalam posisi terbaring. Orang yang tidak dalam keadaan wudlu disebut berhadats kecil. Sedangkan hadats besar (seperti: junub dan haid) harus disucikan dengan mandi besar, atau bila tidak memungkinkan untuk mandi maka cukup berwudlu atau tayammum.

d.      Wudlu
Dalil tentang wajibnya wudlu terdapat dalam QS. Al- Maidah/5:6
Rukun dan tata cara berwudlu menurut sunah rasul.
Yang dimaksud dengan rukun atau fardhu wudlu di sini adalah sesuatu yang wajib dikerjakan dalam berwudlu.
Dengan demikian tata cara berwudlu secara lengkap berdasarkan sunnah Rasul saw adalah sebagai berikut:
1.       Niat berwudlu karena Allah swt semata dengan mengucapkan bismillah.(HR. Nasa’i& Ibn Khuzaimah)
2.       Membasuh tangan tiga kali sambil menyela-nyelai jari-jemarinya.
3.       Berkumur-kumur secara sempurna sambil memasukkan air ke hidung kemudian kemudian menyemburkannya sebanyak tiga kali.
4.       Membasuh wajah tiga kali secara merata sambaial mengucek ujung bagian dalam kedua mata.
5.       Membasuh tangan kanan sampai siku tiga kali, kemudian tangan kiri dengan cara yang sama.
6.       Mengusap kepala sekaligus dengan telinga, cukup satu kali.
7.       Membasuh kaki kanan sampai duaaa mata kaki sambil menyela-nyelai jemari sebanyak tiga kali, kemudian kaki kiri dengan gerakan yang sama
8.       Tertib, sesuai dengan keumuman lafal hadis: “ mulailah dengan apa yang dimulai Allah” (HR. Imam Nasa’I, Ahmad dan Daraquthni).
9.       Setelah wudlu mengucapkan “ saya bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan saya bersaksi bahwa Muhammad itu hamba utusan-Nya.

Hal-hal yang membatalkan wudhu
1.       Keluarnya sesuatu dari dua lobang bawah yakni qubul dan qubur baik karena berhadast kecil maupun berhadast besar.
2.       Tidur nyenyak dalam keadaan berbaring
3.       Menyentuh kemaluan tanpa alas atau pembatas
4.       Hilang akal, seperti ; gila, pingsan atau mabuk
5.       Bersetubuh

e.      Mandi
Mandi atau biasa disebut mandi junub adalah membasahi seluruh badan dengan air suci.
Tata cara mandi
1.      Mencuci kedua tangan
2.      Mencuci kedua fajrin dengan tangan kiri
3.      Berwudhu seperti biasa untuk sholat
4.      Menyiram air ke kepala secara merata(keramas) sambil mengucek sampai dasar kulit kepala
5.      Menyiramkan air ke seluruh badan sampai merata yang dimulai dari kanan kemudian kiri.
f.        Tayamum
Tayamum dilakukan sebagai pengganti wudlu dan mandi besar bila ada halangan, seperti sakit atau ketiadaan air untuk bersuci.

Tata cara bertayamum berdasarkan QS.4.:443,QS.5:6
1.      Mengucap bismillah sambil meletakkan kedua telapak tangan di tanah kemudian meniup debu yang menempeldi kedua telapak tangan tersebut.
2.      Mengusapkan kedua telapak tangan kewajah satu kali, kemudian langsung mengusapkan ke tangan kanan lalu kiri cukup sampai pergelangan telapak tangan, masing-masing satu kali.

Hal-hal yang membatalkan tayamum
1.      Semua hal yang membatalkan wudhu
2.      Menemukan air suci sebelum shalat
3.      Habis masa berlakunya.

Bab 4 shalat
A.     Arti dan Kedudukan Shalat
Dalam bahasa shalat berarti doa atau rahmat.  Menurut istilah shalat adalah ‘suatu ibadah yang terdiri dari ucapan dan perbuatan tertentu dengan takbir dan ditutup dengan salam.
            Di dalam islam, shalat mempunyai arti penting dan kedudukan yang istimewa, antara lain:
1.       Shalat merupakan ibadah yang pertama kali di wajibkan oleh Allah SWT.
2.      Shalat merupakan tiang utama.
3.      Shalat merupakan amalan yang pertama kali di hisab pada hari kiamat
B.     Hukum Meninggalkan Shalat
            Bagi muslim yang sudah baliqh dan sudah dewasa jika meninggalkan shalat dengan sengaja di hukumi syirik dan kufur. Dan Nabi SAW, pernah bersabda:
   ‘’(Beda) antara seorang  (mu’min) dan antara syirik dan kekafiran ialah meninggalkan shalat. (HSR.Muslim, al-Tirmidzi,al-Nasa’i dan Ahmad dari Jabir ra).
C.     Fungsi dan Hikmah meninggalkan Shalat
1.      . Untuk mengingat Allah SWT
2.      Shalat yang di lakukan secara intensif akan mendidik dan melatih seseorang menjadi tenang dalam menghadapi masalah dan tidak menjadi kikir jika mendapat nikmat dari Allah SWT.
3.      Mencegah perbuatan keji dan mungkar
4.      Shalat dan sabar berfungsi sebagai
D.     Syarat Sahnya Shalat
1.      Sudah masuk waktu
2.      Suci dari nakjis dan hadats kecil dan besar.
3.      Menutup aurat.
4.      Menghadap ke arah Masjidil-Haram
E.      Azan dan Iqmah
            Azan adalah pemberitahuan tentang telah masuknya waktu shalat fardlu dan sekaligus ajakan untuk mendirikan shalat dengan lafal yang khusus.
            Lafal azan yang sahih dan masyhur berdasarkan Abdullah bin Zaid ra dan di dukung Umar bin Khathab ra : Allah u Akbar 2x, Ash-hadu allā ilāha illallāh 2x, Ash-hadu anna Muhammadan rasūlullāh 2x, Hayya 'alas-salāt 2x, Hayya 'alal-falāh 2x, Allāhu akbar, Lā ilāha illallāh
            Iqamah adalah mengucapkan lafal-lafal tertentu sebagai tanda bahwa shalat akan segera di dirikan. Lafal iqamah adalah sebagai berikut:
F.      Tata Cara Shalat Nabi SAW
1.      Niat di dalam hati karena Allah Semata
2.      Berdiri sempurna menghadap qiblat.
3.      Bertakbir dengan mengucap Allahuakbar
Cara melakukan takbiratullihram
a.       Mengankat kedua tangan sejajar dengan telinga dan bahu sekaligus, sambil takbir. Allahuakbar
b.      Meletakkan tangan kanan di atas punggung pergelangan tangan dan lengan kiri, dan mengencangkan keduanya di atas dada.
c.       Pandangan kearah tempat sujud
d.      Kemudia membaca doa iftitah.
4.      Membaca Surat Al-Fatihah
5.      Ruku’
6.      I’tidal
7.      Sujud
8.      Duduk
9.      Salam

G.     Sujud Sahwi  dan Sujud Tilawah
    Sujud sahwi adalah sujud yang dilakukan karena lupa atau ragu dalam shalatnya.
    Sujud Tilawah adalah sujud yang dilakukan didalam maupun diluar shalat karena  mendengar ayat sajadah dalam pembacaan Al-Qu’ran
H.    Dzikir dan Doa setelah Shalat
Selesai Shalat kita di anjurkan untuk duduk sejenak sambil melafalkan istighfar 3x, setelah itu membaca Subhanallah 33x, Allahu Akbar 33x, kemudian di sempurnakan dengan membaca tahlil 1x.
I.       Jama’ dan Qashar
Menjamak shalat adalah mengumpulkan dua shalat fardu dalam satu waktu, sedangkan mengqasar adalah memendekkan jumlah raka’at shalat dari empat menjadi dua rakaat. Dan adapun shalat yang boleh di Jama’ adalah Shalat Djuhur dengan Ashar, dan antara shalat magrib dengan isya.
J.       Shalat Jama’ah
·         Tata Cara Shalat Jama’ah dan Merapatkan Shaf:
1.Shalat fardu sebaiknya di kerjakan di mushalla atau di masjid
2.sebelum takbir,  imam harus mengatur syhaf ma’mum terlebih dahulu
3.apabila imam sudah bertakbir maka ma’mum segera bertakbir dan jangan sekali-kali mendahului gerakan imam
4.hendaknya ma’mum memperhatikan dengan tenang bacaan ma’mum
5. bila keadaan ma’mum bermacam-macam, hendaknya imam memilih bacaan yang ringan
6. jika ada ma’mum yang telambat hendaknya ia harus bertakbir lalu mengikuti gerakan imam.
7.jika imam lupa dalam gerakan shalat, maka ma’mum mengingatkan dengan ucapan subhanallah
8. dilarang lewat di dekat orang shalat
9.Selesai shalat henndaknya imam menghadap ma’mum
K. SHALAT JUM’AT
            Shalat jum’at adalah shalat yang di lakukan di hari jum’at dan pada waktu shalat djuhur. shalat ini terdiri dari dua raka’at dan di laksanakan secara berjama’ah
L.      Shalat-Shalat Sunnat
            Shalat sunat di sebut juga shalat tathwwu’ atau shalat nawafil. Shalat sunnat Mu’akkadah( shalat ini sangat di tekan kan oleh nabi) antara lain:
1.      Shalat sunnat Rawatib adalah shalat sunnat yang mengiringi shalat Fardlu.
2.      Shalat Dluha adalah shalat sunnat yang di kerjakan pada saat matahari sudah naik kira-kira sepenggal.
3.      Shalat Tahajjud, shalat Layl atau shalat witr adalah shalat yang dilakukan setelah shalat isya hingga sebelum masuk waktu subuh.
4.      Shalat  Dua Hari Raya yaitu shalat ‘Iedul-Fitri dan shalat ‘Iedul-Adlha
5.      Shalat Istiqa yaitu shalat dua rakaat dan berdoa minta air hujan karena kekeringan akibat kemarau panjang.
6.      Shalat Istikaharah yaitu shalat dua raka’at untuk meminta pilihan yang terbaik dalam segala urusan
7.      Shalat Tahyyatul-Masjid yaitu shalat dua raka’at sebagai penghormatan memasuki majid.
8.      Shalat Gerhana yaitu shalat karena terjadi gerhana, baik gerhana matahari maupun gerhana bulan
Shalat – shalat Sunat dan Tata Cara Sunnat Yang di Perselisihkan Kesunahannya.

1.      Shalat Tasbih, para ulama berbeda pendapat tengtang shalat ini karena berbeda pendapat dengan kualitas hadis.
2.      Shalat Taubat, sebagaian ulama menolak memasukkan shalat Taubah karna sebagaian hadis-hadisnya adalah palsu dan pelaksanaannya pun berbeda dengan shalat lainnya
3.      Shalat Hajat adalah shalat yang di lakukan karena ada kebutuhan tertentu di dasarkan pada hadis riwayat tirmidzi.
4.      Shalat syukur dan Sujud syukur
5.      Qunut adalah berdiri lama dengan shalat untuk membaca ayat.
Waktu yang di larang untuk shalat sunnat adalah setelah shalat subuh hingga matahari terbit, setelah shalat ashar hingga matahari terbenam, saat awal matahari mulai tergelincr di tiga waktu yakni, ketika matahri persis terbit, ketika matahari tergelincir, ketika matahri mulai terbenam hingga betul-betul terbenam.
Bab 5 zakat
A.    Arti zakat
Secara bahasa zakat diartikan berkah, tumbuh subur dan bekembang, suci, dan penyucian.
Zakat dengan arti Al-bakarah adalah harta yang di zakatkan akan membawa barakah terutama bagi dirinya sendiri. Zakat dalam arti Al-nama yaitu harta yang di wajib di zakatkan adalah harta yang di maksudkan untuk di kembangkan atau punya potensi untuk berkembang. Zakat dalam ari al-tahaharah di maksudkan agar harta yang telah dizakatkan, menjadi sisa hartanya yang suci.dan adapun pengertian zakat menurut istilah fiqih adalah sejumlah harta tertentu yang di wajibkan Allah untuk di serah kan pada golongan yang berhak menerima zakat.
Dan di dalam Al-quran ada beberapa terminologi yang bisa di gunakan untuk menjelaskan kata zakat.
1.sadaqah adalah pemberian yang bersifat sunnat.
2. Nafaqah atau infaq artinya sama denga sadqah yakni pemberian yang bersifat sunnat.
3. Haq (kewajiban atau kebenaran)
4.Afwu( maaf)
B. Filosofi Zakat
            Dalam ajaran Islam, hartakekayaan dan segala sesuatu yang ada di bumi ini adalah milik Alla SWT, sedangkan manusia hanya merekayasa bahan mentah yang telah di siapkan Allah. Karena ia milik Allah maka salah satu perintah-Nya adalah memberikan sebagian harta itu kepada yang membutuhkannya. Sebagaiman di sebutkan dalam beberapa ayat dalam A-quran seperti QS,Al-Nur/24:33, QS.Al-Hasyr/59:7, QS. Al-Muhammad/47:36:37, dan QS. Al-Tawbah.
C. Syarat-Syarat Wajib Zakat
1.Muslim
2.Merdeka
3.Harta itu mencapai Nishab
4.Harta itu sampai Haul
5.Harta itu adalah miliknya sepenuhnya/sempurna.
D. Macam –Macam zakat
            Secara garis besar zakat di bagi menjadi dua yaitu Zakat jiwa dan Zakat harta.
·         Zakat jiwa adalah zakat fitrah yaitu zakat yang di wajibkan pada setiap peribadi muslim tanpa terkecuali dan di bayar sebelum shalat idul fitri.
·         Zakat harta adalah zakat emas,perak,ternak,hasil tanaman, hasil perniaga dan hasil temuan.
E. Harta wajib dizakatkan dan besar zakatnya.
1.      Emas, yang wajib di zakatkan adalah emas murni yang sudah mencapai nishab 20 dinar atau sama dengan 85 gram2 dan sudah mencapai haul(satu tahun).
2.      Perak, jika seseorang telah memiliki perak seberat 595 gram dan telah mencapai masa satu tahun maka ia wajib mengeluarkan zakat sebanyak 2,5%.
3.      Binatang Ternak. Seperti Unta, kambing, Sapi dan kerbau apabila jumlah binatang ternaknya mencapai ratusan maka binatang ternaknya wajib di Zakatkan
4.      Hasil Tanaman, jika kita memiliki tanah atau yang di sewakan menghasilkan nilai yang berekonomis , maka nisab tanaman tersebut adalah lima wasaq.
5.      Hasil Perniagaan, adapun nisab zakat emas yakni 85 gram dan sudah mencapai haul maka zakatnya 25%.
6.      Barang Tambang (ma’din) dan harta temuan (rikaz)
Zakat yang diperselisihkan kewajiban zakatnya.
1.      Zakat tanah yang di sewakan
2.      Zakat investasi gedung.
 F. Zakat penghasilan (profesi)
Dasar untuk zakat penghasilan ini adalah QS.Al-Baqarah/2:267.Zakat ini di kiaskan pada zakat perniaga, oleh karena adnya persamaan pada sisi jual belinya yakni memperdagangkan jasa. Dengan demikian besar zakat yang harus di keluarkan adalah 2,5% yang di ambil dari kelebihan harta setelah di kurangi pengeluaran pokok selama 1 tahun.
G. Golongan yang berhak menerima zakat
·         Faqir adalah orang yang melarat hidupnya karena ketiadaan sarana dan prasarana untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
·         Miskin adalah orang yang serba kekurangan
·         Amil adalah pengurus atau penelola zakat.
·         Muallaf adalah orang yang terbujuk hatinya untuk masuk islam.
·         Raqib adalah budak atau tawanan perang.
·         Gahrim adalah oorang yang terlilit hutang dan tidak bisa melunasi hutangnya.
·         Sabillilah adalah orang yang berjihat di jalan Allah
·         Ibn Sabil adalah musafir yang kehabisan bekaluntuk melanjutkan perjalanannya.
H.  Pengelolaan Zakat
            Sebernarnya di dalam Al-quran tidak ada penjelasan yang tegas tentang siapa atau lembaga mana yang berhak mengelola zakat. Al-Quran hanya menetapkan bahwa amil pengelola zakat berhak menerima zakat dan adanya perintah Nabi SAW untuk mengambil sebagian harta dari orang kaya.
I.                   Zakat dan Pajak
            Meskipun ada persamaan namun sisi perbedaan antara zakat dan pajak ternyata lebih banyak antara lain:
a.       Zakat adalah kewajiban terhadap agama yang di tetapkan berdasarkan Al-quran sedangkan pajak adalah kewajiban terhadap negara yang di tetapkan oleh pemerintah.
b.      Karena zakat adalah kewajiban terhadap agama maka konskwensinya adalah akan mendapat dosa dan sangsi dari Allah SWT sedangkan pajak bila diabaikan maka sangsinya adalah sangsi dunia (penjara)
c.       Zakat hanya bagi umat islam yang berkecukupan sedangkan pajak untuk semua baik muslim mupun non muslim
d.      Obyek sasaran zakat seperti yang di atur dalam Al-quran terbatas pada delapan golongan, sedangkan pada pajak di tunjukkan pada seluruh rakyat.
K.    Hikmah Zakat
a.       Mengikis dan melepaskan sifat kekikiran dan ketergantungan terhadap aspek materi yang sering membelenggu jiwa seseorang
b.      Mencitakan ketenangan dan ketenteraman baik pada muzakki-nya maupun pada mustahik-nya.
c.       Mengembangkan segala hal yang baik tidak hanya secara ekonomi individual tetapi juga secara spritual dan secara sosial.
d.      Membebaskan diri muzakki dari pedihnya dan panasnya api neraka.
Bab 6 Puasa
A.    Pengertian
Pengertian puasa secara bahasa menahan diri dari sesuatu. Puasa menurut syar’i adalah menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa dari sejak terbitnya fajar sampai dengan terbenamnya matahari yang disertai niat.
B.     Rukun dan Syarat Puasa
Rukun puasa yaitu, menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa dari sejak teerbitnya fajar sampai dengan terbenamnya matahari.
Adapun syarat puasa biasa, ulama fiqh biasa membaginya menjadi dua, yakni syarat wajib dan syarat sah puasa. Syarat wajib puasa, yaitu:
1.      Muslim, orang yang beragama Islam.
2.      Mummayiz, orang yang sudah dewasa (baligh) dan berakal (aqil)
3.      Kuat berpuasa (qadir)
Syarat sah puasa, yaitu:
1.      Bagi wanita, harus suci dari haid, nifas ataupun walidah.
2.      Dikerjakan pada hari yang diperbolehkasn puasa.
C.    Hal-hal yang membatalkan dan yang mengurangi nilai puasa
Adapun yang membatalkan puasa:
1.      Makan.
2.      Minum
3.      Hubungan seksual
(adapun jika bermimpi di siang hari atau bangun kesiangan padahal dia lupa mandi junub maka hal itu tidak membatalkan puasa)
4.      Muntah dengan sengaja
5.      Keluar darah haid dan nifas sebagai konsekwensi dari syarat sahnya puasa.
6.      Gila saat sedang puasa
Sedangkan hal-hal yang dapat mengurangi nilai puasa adalah mengerjakan hal-hal yang memang dibenci oleh Allah SWT, seperti bertengkar, berkata jorok, berperilaku curang, dan lainnya.
Intinya, bila seluruh panca indra dan anggota badannya tidak ikut dipuasakan terhadap hal-hal yang memnag dibenci oleh Allah SWT maka dapat mengurangi bahkan menghilangkan bobot puasanya, sehingga dia termasuk orang yang merugi.
D.    Adab berpuasa
1.      Niat karena Allah semata.
2.      Makan sahur. Waktu makan sahur yang disunatkan dan yang paling baik menurut Nabi saw yaitu di akhir malam.
3.      Menjauhi hal-hal yang dapat membatalkan atau mengurangi nilai puasa.
4.      Berbuka puasa denngan segera.
5.      Berbuka dengan makanan dan minuman yang manis-manis dan jangan berlebihan.
6.      Memberikan makanan berbuka bagi orang yang berpuasa.
7.      Shalat berjama’ah di masjid. Usahakan shalat fardhu dan shalat tarawih secara berjama’ah di masjid.
8.      Lakukan amalan-amalan utama di bulan Ramadhan, yaitu:
a.       Shalat tarawih berjama’ah
b.      Tadarus Al-Qur’an
c.       Dzikir/Do’a
d.      Perbanyak shadaqah di bulan Ramadhan
e.       Pada 10 hari terakhir di bulan Ramadhan hendaklah lebih mengencangkan ibadah kita kepada Allah SWT dengan cara beri’tikaf (berdiam) di masjid untuk berdzikir dan berfikir (tafakkur) sampai magrib malam ‘Idul Fitri.
E.     Macam-macam Puasa
Ditinjau dari segi hukumnya, puasa dibagi menjadi empat macam, yaitu:
1.      Puasa Wajib
a.       Puasa Ramadhan yaitu puasa selama satu bulan penuh di bulan Ramadhan.
b.      Puasa Qadla’ yaitu puasa yang dilaksanakan untuk mengganti kewajiban puasa yang ditinggalakan pada bulan Ramadhan. (QS. Al-Baqarah/2:183)
c.       Puasa Kifarat (tebusan)
d.      Puasa Nadzar (QS. Maryam/19:26), yaitu puasa yang kewajibannya ditimbulkan oleh diri kita sendiri.
2.      Puasa Sunat
a.       Puasa 6 hari di bulan Syawal
b.      Puasa Senin dan Kamis
c.       Puasa Arafah, yaitu puasa pada hari Arafah tanggal 9 Dzulhijah
d.      Puasa Asyura, yaitupuasa pada hari kesepuluh (tanggal 10) bulan Muharam (HR. Muslim, dari Abu Qatadah)
3.      Puasa Makruh
a.       Puasa sepanjang masa/seumur hidup (shaum al-dahr) (HR. al-Bukhari-Muslim)
b.      Puasa Wishal yaitu puasa terus-menerus, mosalnya puasa selama dua hari berturut-turut tanpa sahur&buka (HR. al-Bukhari-Muslim)
c.       Puasa pada hari Jum’at dan Sabtu saja (HR. Ahmad)
d.      Puasa sehari menjelang Ramadhan (HR. Jama’ah dari Abu Hurairah)
4.      Puasa Haram
a.       Puasa pada 2 hari raya (‘Iedain) yaitu Iedul Fitri dan Iedul Adha,. (HR.Al-Bukhari-Muslim)
b.      Puasa pada hari Tasyrik : 11, 12, dan 13 Dzulhijah .(HR. al-Daraqutni)
c.       Puasa sunat bagi wanita yang tidak diizinkan suaminya (HR. al-Bukhari –Musli dari Abu Hurairah )
d.      Puasa yang dapat membinasakan jiwa. (QS. Al-Baqarah/2: 195 dan QS. Al-Nisa’/4: 29)
F.     Halangan puasa
Secara garis besar, halangan berpuasa dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
1.      Bagi orang yang sakit (termasuk haid) atau sedang berpergian jauh (musafir), jika dia tidak kuat berpuasa maka disunahkan untuk membatalkan puasanya dan harus meng-qadla’/ mengganti puasanya.
2.      Bagi orang yang berat berpuasa, missal lanjut usia, sakit yang mustahil sembuh, wanita hamil/menyusui anaknya, maka boleh tidak puasa dengan syarat wajib membayar fidyah yaitu member makan kepada seorang miskin sebanyak 1 mud (3/4 L atau 0,6 kg) per hari sesuai berapa hari puasa yang ia tinggalkan.
G.    Orang mati tapi punya hutang puasa
Mengenai hal ini, ada dua pendapat yang popular di kalangan ulama fiqih, yaitu :
1.      Walinya wajib berpuasa untuk menggantikan utang puasa yang ditinggalkan si mati. Pendapat ini dipegangi oleh Ulama Syafi’iyyah, an-Nawawi dan Ulama Immamiyah.
2.      Walinya tetap wajib menggantikan puasa si mati, tetapi tidak perlu dengan cara berpuasa. Cara menggantikannya cukup dengan car amembayaar fidyah. Pendapat ini dipegangi oleh mayoritas ulama, seperti: Imam Abu Hanifah, Imam Hambali, Imam Syafi’I, dll.
H.    Hikmah Puasa
Puasa memiliki hikmah yang sangat besar terhadap manusia, baik terhadap individu maupun sosial, terhadap rohani maupun jasmani. Terhadap rohani, puasa berfungsi mendidik dan melatih manusia agar terbiasa mengendalikan hawa nafsu yang ada dalam diri setiap individu. Sedangkan terhadap jasmani, puasa bisa mempertinggi kekuatan dan ketahanan jasmani kita, karena umumnya penyakit bersumber dari makanan dan sebenernya Allah SWT menciptakan makhluk-Nya termasuk manusia sudah ada kadarnya.
Bab 7 Haji
A.    Pengertian
Haji (al-hajju) secara bahasa berarti al-qashdu (menyengaja, menuju, maksud). Sedangkan secara istilah, haji adalah menyengaja pergi menuju Makkah dengan maksud mengerjakan ibadah thawaf, sa’I, wuquf di Arafah, bemalam di Muzdalifah, Mabit di Mina, dan ibadah-ibadah lain yang ditentukan untuk memenuhi perintah Allah dan mengharapkan ridha-Nya.
B.     Hukum Haji
Ibadah haji adalah salah satu rukun Islam yang ke lima dan wajib dilaksanakan oleh setiap Muslim Mukallaf (baligh dan berakal) merdeka dan mempunyai kesanggupan (istiyha’ah).
C.    Rukun dan Wajib Haji
Rukun haji adalah sesuatu yang harus dikerjakan dalam rangkaina ibadah haji , kalau tidak dikerjakan apapun alasannya, haji tidak sah. Yang termasuk rukun haji adalah:
1.      Ihram
2.      Wuquf di Arafah
3.      Tawaf ifadhah
4.      Sa’i
5.      Tahallul
Sedangkan wajib haji adalah sesuatu yang harus dikerjakan dalam rangkaian ibadah haji,tetapi kalau tidak dikerjakan hajinya tetap asal membayar dam (denda). Yang termasuk wajib haji adalah:
1.      Ihram dari Miqat
2.      Wuquf sampai terbenam matahari
3.      Bermalam di Muzdalifah
4.      Melempar jamarat
5.      Mabit di Mina
6.      Thawaf Wada’

D.    Ihram
1.      Pengertian Ihram
Ihram ialah niat memulai menunaikan ibadah haji atau umrah, sebagaimana takbir dalam shalat. Ihram ini wajib dikerjakan dari batas-batas tempat dan waktu tertentu yang dinamakan miqat.
2.      Miqat
a.       Miqat Zamani
Adalah batas waktu yang telah ditentukan untuk seluruh rangkaian ibadah haji.
b.      Miqat Makani
Adalah tempat-tempat untuk memulai ihram bagi orang-orang yang datang dari luar tanah haram (Makkah).
3.      Tata Cara Berihram
Cara mengerjakan ihram adalah berturut-turut sebagai berikut:
a.       Sebelum memakai pakaian ihram disunnahkan terlebih dahulu melakukan sunah fithrah, mandi, menyisir  rambut, memakai wangi-wangian di tubuh.
b.      Memakai pakaian ihram
c.       Melakukan shalat sunnah ihram dua rakaat di miqat
d.      Melafazhkan  niat umrah atau haji atau kedua-duanya.
e.       Membaca talbiyah dalam perjalanan menuju Makkahatau menuju Mina dan Arafah
4.      Larangan-larangan dalam Ihram
a.       Memakai wangi-wangian
b.      Menggunting rambut dan kuku
c.       Memburu atau membunuh binatang buruan, dll.
E.     Macam –Macam Haji
1.      Tamattu’
2.      Ifrad
3.      Qiran
F.     Thawaf
1.      Pengertian
Mengelilingi Ka’bah 7 kali putaran, dimmulai dari Hajar Aswad dan berakhir di Hajar Aswad juga, dengan posisi Ka’bah berada di sebelah kiri orang yang thawaf.
2.      Macam-macam Thawaf
a.       Thawaf Qudum (Thawaf selamat dating)
b.      Thawaf Umrah
c.       Thawaf Ifadhah
d.      Thawaf Wada’
e.       Thawaf Thathawwu’ (thawaf sunnah)
3.      Syarat-syarat Thawaf
a.       Suci dari hadast besar,kecil dan najis serta menutup aurat.
b.      Thawaf dimulai dari sudut hajar aswad dan berakhir disana juga.
c.       Sempurna 7 kali putaran
4.      Sunah-sunah Thawaf
5.      Minum air zamzam, do’a di Multazam dan shalat di Hijir Ismail
G.    Sa’I
Adalah berjalan antara Shafa dan Marwah sebanyak 7 kali dimulai dari Shafa dan diakhiri di Marwah.
H.    Tahallul
Bagi yang melaksanakan umrah untuk haji tamattu’ setelah selesai mengerjakan thawaf dan sa’I bertahallul dengan mencukur atau memotong rambutnya.
I.       Wuquf di Arafah
Pada tanggal 8 Dzulhijah (hari Tarwiyah) jamaah haji disunahkan berangkat ke Mina.
J.      Bermalam di Muzdalifah
Setelah terbenam matahari tanggal 9 Dzulhijah, jamaah haji berangkat dengan tenang menuju Muzdalifah.
K.    Melempar Jamarat dan Mabit di Mina
Pada tanggal 10 Dzulhijah, dari Mudzalifah jamaah haji menuju Mina untuk melempar jumrah ‘Aqabah pada hari itu, dan melempar jumrahyang tiga pada tanggal 11-12 atau 11-13 serta bermalam atau mabit di Mina pada malam-malam tersebut.
L.     Menyembelih Hadyu atau DAM
Setelah melempar Jumrah ‘Aqabah,m bagi yang melaksanakan haji tamattu’ dan qiran sudah dapat menyembelih hewan hadyu atau damnya yaitu dengan menyembelih satu ekor kambing untuk setiap orang atau satu ekor onta untuk tujuh orang.
M.   Thawaaf Ifadhah dan Sa’i
Setelah selesai melempar Jumrah ‘Aqabah dan tahallul awwal tanggal 10 Dzulhijah jama’ah haji berangkat ke Makkah untuk melakssanakan thawaf ifadhah dan sa’I yang merupakan dua dari rukun-rukun haji.
N.    Thawaf Wada’
Setelah selesai mengerjakan semua rangkaian ibadah haji, sebelum meninggalkan Makkah, diwajibkan untuk melaksanakan Thawaf yang dinamai thawaf wada’ (thawaf perpisahan).
O.    Ibadah dan Ziarah di Madinah
Sebelum atau sesudah melaksanakan ibadah haji dan umrah, jamaah haji dianjurkan untuk berziarah ke Madinah al-Munawwarah, kota Nabi untuk mendirikan shalat di Masjid Nabawi.


3 komentar:

  1. TERIMA KASIH!!!!
    yang saya cari-cari selama ber jam-jam, akhirnya ada juga tanpa harus saya beli bukunya. Terima kasih banyak karena sudah membantu saya menyelesaikan tugas kuliah saya. Maju terus!!!

    BalasHapus
  2. Luar biasa utk mb ika..
    Smg tmbh sukses mb ya.. 😊

    BalasHapus